Legenda Asalmuasal Palupuah
Suluahnagari.com -- Ada legenda yang mengatakan bahwa pada zaman dahulu kala, pendatang pertama di daerah Palupuah ini adalah dari Tilatang Kamang, melalui suatu tempat dimana banyak ditemukan rumpun bambu yang bagus-bagus.
Sebagian dari mereka memutuskan untuk menetap di sana dan sebagian lainnya ingin meneruskan perjalanan.
Yang mau meneruskan perjalanan tertarik untuk mengambil beberapa pohon bambu yang nantinya akan dijadikan "palupuh" (dibaca palupuah/red) untuk membuat pondok tempat mereka akan menetap nanti.
Maka lokasi dimana ditemukan banyak pohon bambu tersebut diberi nama dengan "Batang Palupuah" (yang artinya pohon bambu atau istilah setempat adalah "pariang").
Pohon bambu ini selanjutnya, dibawa dengan cara menghanyutkan pada sungai kecil yang ada dalam hutan. Sungai tersebut akhirnya "bermuara" pada sebuah pertemuan dengan sungai lain yang datang dari arah berlawanan.
Sebagian dari mereka memutuskan untuk menetap di sana dan disebutlah kampung tersebut dengan nama "Muaro Palupuah".
Sebagian dari mereka meneruskan perjalanan dengan jalan menduduki sungai yang satunya lagi. Perjalanan dengan membawa pohon bambu menjadi sedikit agak sulit karena menentang arus sungai.
Sampai di bagian "udik" atau hulu sungai, sebagian mereka memutuskan untuk menetap dan berdiri pulalah kampung yang diberi nama "Mudiak Palupuah".
Namun sebagian besar dari rombongan masih belum puas dengan lokasi itu, hingga mereka memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan. Sambil tetap
membawa beberapa pohon bambu, akhirnya mereka menemukan satu lembah yang agak luas pada pertemuan dua buah sungai besar.
Mereka mendirikan perkampungan di sana, pondok pertama yang didirikan berdinding dan berlantai "Palupuah" dari pohon bambu yang mereka bawa tersebut.
Maka dinamakan lah tempat itu dengan "Palupuah". Kejadian selanjutnya secara bertahap banyak pendatang dari daerah sekitarnya dan juga mulailah dibangun desa-desa lainnya di daerah yang kemudian bernama Tujuh Lurah Koto Rantang dan nama Palupuah diabadikan sebagai nama Kecamatan, karena pusat kegiatan masyarakat lebih banyak terkonsentrasi di Palupuh.
Dilihat dari segi dialek bahasa, adat istiadat atau kebiasaan penduduk sampai sekarang masih agak kentara pengaruh asal usul dari penduduk setempat. Umpamanya penduduk desa Batang Palupuh dan Muara Palupuh dialek dan adat istiadat mereka jelas sekali ada pengaruh Gadut dan Tilatang/Pekan Kamis.
Karena Palupuh, ternyata lewat jalan setapak dekat hubungannya dengan Kamang, maka kemudian banyak pendatang dari Kamang. Sehingga terhadap masyarakat Palupuh, Palimbatan, Angge, Paninggiran Bawah, Paninggiran Ateh dan lainnya, terlihat sekali pengaruh Kamang.
Disamping itu penduduk yang datang dari arah Lawang Tigo Balai banyak yang menetap di Sipisang, Haraban, dan sekitarnya. Sementara di Air Kijang, Simaung dan Laring sudah kentara pengaruh dari Pasaman. Sedangkan pada Nagari Pagadis, Sungai Guntung jelas terlihat pengaruh Suliki, Puar Datar di Kabupaten 50 Kota.
(iing chaiang)
Dihimpun dari berbagai sumber.
Foto : tangkapan layar roman saisuak
إرسال تعليق